Oleh : Rizky Arif Prasetyo, S.Akun. (Staf Divisi Kelembagaan dan Program Lazismu Jawa Tengah)
Lazismujateng.org, Semarang – Berkaitan dengan cara hidup Pak AR , Budayawan Emha Ainun Najib dalam buku “Tokoh-Tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20.” Karya Henry Mohammad dkk., mengatakan , “Sedemikian melimpah rezeki dari Allah kepada Pak AR” Sehingga kehidupan beliau hampir sama sekali tidak bergantung kepada barang-barang dunia. Pernahkah anda membayangkan ada seorang pemimpin organisasi besar yang anggotanya berpuluh-puluh juta yang mencari nafkah hanya dengan beberapa jerigen minyak tanah dan bensin untuk dijual didepan pagar rumahnya?
Selain berjualan bensin dan minyak tanah di depan rumah, Pak AR juga menyewakan beberapa kamar di rumahnya untuk kos-kosan mahasiswa, yang sekaligus mengaji kepadanya. Tak ada mobil di garasinya selain sebuah motor tua keluaran tahun 1970-an. Motor ini yang ia pakai untuk berdakwah di sekitar Yogya. Kalau motor tersebut kebetulan dipakai anak-anaknya untuk kuliah atau keperluan lain, ia lebih suka naik sepeda onthel, becak. Atau jalan kaki. Tak jarang Beliau dibonceng naik motor oleh anak anak SMA untuk mengisi pengajian di sekolah atau masjid – masjid kampung.
Apakah Pak AR tidak pernah mempunyai keinginan pada kebendaan? Tentu, sebagaimana manusia, Pak AR juga pernah mempunyai keinginan memiliki sesuatu. Tetapi, keinginan memiliki sesuatu itu sudah hilang ketika muda, begitu keinginan akan kebendaan itu terpenuhi. Menurut cerita yang di dengar Fauzi AR, di masa muda, Pak AR pernah memiliki keinginan memiliki Sepeda Merek Gazelle. “Keinginanku itu hanya (ingin) bisa beli sepeda Gazelle dan itu sudah tercapai. Ya, sudah. Saya sekarang ingin kehidupan akhirat, bukan dunia lagi,”
Penjelasan Pak AR tersebut termaktub dalam buku Pak AR Santri Desa Yang Memimpin Muhammadiyah sebuah buku revisi dari buku sebelumnya dengan judul Pak AR Sufi Yang Memimpin Muhammadiyah yang ditulis oleh Muhammad Faried Cahyono dan Abu Tsuban Habibullah untuk menyambut Satu Abad Muhammadiyah.
Isi dari buku tersebut seharusnya menampar para pemimpin di negeri ini mengenai cara hidupnya yang isrof. Pemimpin jaman sekarang sudah jauh sekali dari ke sufiannya. Mereka saling berlomba lomba untuk menumpuk pundi-pundi hartanya dan saling berlomba untuk memamerkan hartanya, yang istilah jaman sekarang disebut flexing. Sudah putus urat malu kepada rakyatnya yang mana untuk makan sehari-hari saja susah.
Baru-baru ini media Indonesia menggencarkan berita mengenai anak pegawai pajak yang melakukan kekerasan kepada anak salah satu pemimpin Anshor. Setelah di kroscek ternyata Mobil Rubicorn yang dikendarainya dalam aksi kekerasan tersebut pajaknya mati dan di atas namakan orang lain agar terhindar dari pajak progresif. Peristiwa tersebut nampaknya menjadi trigger untuk mengungkap semua bobrok yang ada di Kementerian Keuangan. Pasca peristiwa tersebut Menteri Keuangan Sri Mulyani menghimbau para jajarannya di Kementerian Keuangan agar hidup sederhana dan tidak memamerkan harta bendanya, akibatnya anak istri para pejabat tersebut men-takedown tampilan medsosnya yang berisi pamer harta dan traveling ke berbagai negara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa para pemimpin yang hidup di lingkungan Kementerian Keuangan hidupnya bergelimang harta. Hal ini meyakinkan bahwa pemimpin yang diberikan amanah oleh rakyatnya jauh sekali kehidupannya dari kesederhanaan seperti yang di contohkan oleh Pak AR.
Tampaknya akar dari permasalahan pejabat atau pemimpin yang Gila Harta dan suka bermegah-megahan di dunia di sebabkan karena “Cinta Dunia dan Takut Mati”. Belum lagi KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) yang sudah menjamur di Republik ini, yang mengakibatkan pemimpin kurang memahami rakyatnya, mereka lebih mengutamakan kepentingan golongannya dan kepentingan pribadinya dari pada kemaslahatan umat.
Mungkin Solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut adalah Kembali Ittiba’ Rosul dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai Pak AR semoga menjadi ibroh bagi kita generasi milenial ini. Nilai-nilai kesederhaan, tawadhu-nya dalam kehidupan bernegara, bermasyarakat dan beragama. Tidak menjadikan aji mumpung jabatan yang di sandangnya untuk menumpuk harta dan memakmurkan golongan serta sanak familinya dengan mengorbankan alam dan kemaslahatan umat.
Wallaahu a’lam.
Butuh Bantuan?
Jika Anda memiliki pertanyaan seputar Zakat, Infaq, Sedekah dan Fidyah silahkan Hubungi Kami!